jump to navigation

Memaafkan… July 22, 2007

Posted by tintaungu in Rona.
add a comment

Memaafkan bisa meningkatkan kesehatan karena mengurangi beban psikologis yang berat. Beban tersebut berasal dari stress tersimpan yang bersumber dari perasaan terluka atau tersinggung.

( Kathleen Lawler, Ph.D )

  

Lemon ”Cui”, Manfaat dan Kepopulerannya July 22, 2007

Posted by tintaungu in Ragam.
add a comment

MESKI berukuran kecil, buah ini memiliki manfaat yang tidak ”mungil”. Industri farmasi, kosmetik, sampai rumah tangga membutuhkannya. Sayang, ia sangat jarang menampakkan diri di pasaran. Pada umumnya, lemon-lemon — seperti sitrun, rough lemon, lemon hitam atau lemon madura — memang berukuran mini. Sementara bagi para aktivis dapur yang biasa mengolah sajian ikan, lemon cui bukanlah barang asing. Pasalnya, selain berfungsi mengusir bau amis, jeruk mungil ini juga bisa memberi aroma penggugah selera makan.

Seperti jeruk pada umumnya, lemon cui kaya akan vitamin C dan kalsium. Istimewanya, pohon lemon ini begitu produktif dan mampu berbuah sepanjang musim. Ia berbentuk bulat kecil, seukuran jeruk nipis dengan cita rasa sangat asam. Ketika masih muda berwarna hijau gelap. Setelah tua, kulit buah jadi lebih halus dan lunak menyerupai jeruk siam medan berukuran mini, sedangkan warnanya menjelma jadi kekuning-kuningan. Daging buah berair banyak dengan keharuman cukup tajam dan tahan lama. Karena aromanya itulah, orang Madura kerap mengolah lemon cui jadi pengharum ruangan tradisional.

Perasan jeruk kecil ini juga bisa dimanfaatkan untuk campuran air ketika mencuci rambut. Hasilnya? Rambut lebih licin berkilat dan tidak kusam. Selebihnya, seperti jeruk nipis, bila perasannya dicampur sesendok kecap, mampu mengusir batuk dengan cepat.

Batang lemon cui bercabang dan beranting banyak. Jika dibiarkan tumbuh lepas, cabang dan rantingnya akan menjulang tidak beraturan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemangkasan. Batangnya yang berwarna gelap sama sekali tidak berduri, sedangkan daunnya yang cenderung menghadap ke atas berukuran 2-3 cm dan lebar 1-2 cm. Warna hijau tua dengan bentuk membulat.

Selain berguna untuk pengolahan sajian yang terbuat dari ikan, lemon cui juga bisa diolah jadi minuman jeruk segar atau lemon tea. Ia sangat pas untuk mengusir rasa dahaga sekaligus penyegar tubuh yang kelelahan.

Kalau begitu, mengapa kita tak mencoba menanamnya sendiri? Tumbuhan ini sangat manis dijadikan tabulampot (tanaman buah dalam pot). Ketika berbuah lebat, penampilannya benar-benar tidak mengecewakan.

Persiapan tanam

Bibit lemon cui dapat diperoleh dari penangkar bibit buah-buahan. Bibit tersebut bisa berasal dari perbanyakan vegetatif, entah okulasi, cangkokan, maupun sambungan. Ukuran pot harus disesuaikan dengan besar kecilnya tanaman.

Media tanam yang digunakan adalah tanah kebun yang subur. Bisa juga campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang (1:1:1). Sebelum menanam bibit, tutuplah lubang dasar pot dengan pecahan genteng, lantas lapisi atasnya dengan kerikil dan pasir secukupnya. Kemudian masukan media tanam tadi dengan volume sepertiga saja.

Kemudian, pangkaslah sebagian akar bibit lemon cui. Jangan sampai ada akar tunggang yang terlalu panjang. Letakkan bibit di tengah-tengah pot, kemudian isi media tanam lagi. Siramlah dengan sedikit air agar tanah memadat.

Tabulampot lemon cui membutuhkan sinar matahari. Kebutuhan penyinarannya setiap hari sekira lima jam. Oleh karena itu, letakkan tabulampot pada posisi yang tidak terlalu teduh lalu lakukan penyiraman secara teratur.

Jika tabulampot lemon cui sudah berumur 3-4 tahun, sebaiknya lakukan repotting. Caranya, pangkas lebih dulu cabang tanaman sebanyak sepertiganya. Biarkan tanah mengering selama 2-3 hari, tanpa melakukan penyiraman. Angkat tanaman dan buang sebagian tanahnya. Jangan lupa, siapkan pot baru yang ukurannya lebih besar dan — tentu saja — media tanam baru. Isi pot dengan tanah pengganti, lalu tanamkan lemon cui sekali lagi.

Agar tumbuhan mungil ini mampu berbuah produktif, lakukan pemupukan setiap empat bulan sekali. Pada umur empat bulan pertama, taburkan NPK sebanyak 25 gram per tanaman. Lantas, sesuai dengan bertambahnya umur tanaman, dosis pupuknya bertambah jadi 50 gram, 100 gram, 400 gram, dan seterusnya.

Selain pemupukan, lakukan pula pemangkasan. Di samping untuk meningkatkan produktivitas buah, pemangkasan juga dimaksudkan untuk mempercantik penampilan. Idealnya, proporsi perbatangan tabulampot lemon cui adalah 1, 3, dan 9 yang akan menghasilkan 27 cabang atau ranting tersier. Artinya, satu batang pokok setinggi 50-100 cm hanya memiliki tiga cabang primer yang posisinya berimbang (panjang cabang primer 30-50 cm) dan sembilan cabang sekunder. Dengan demikian, cabang atau ranting lainnya dibuang saja. Pembuahan akan terjadi pada ranting-ranting tersier.

Hama ulat

Lemon cui jarang terkena penyakit dan nyaris bebas hama. Kalaupun ada, satu-satunya pengganggu hanyalah ulat papilio. Binatang lunak ini menyerang daun muda dan tunas yang sudah berdaun. Sangat menjengkelkan jika dibiarkan begitu saja, tingkat serangan si ulat bisa menghebat dan hanya menyisakan kerangka tulang daun. Akibatnya, tanaman jadi gundul total dan akhirnya mati.

Ketika masih muda, ulat ini berwarna cokelat. Ia berubah wujud jadi hijau bergaris putih, saat dewasa dengan panjang 50-60 mm. Untuk pengendaliannya, penanam perlu mengamati kondisi tabulampot ini secara teratur. Jika menemukan 1-2 ulat papilio, bisa langsung dihabisi. Namun, kalau jumlahnya banyak dan serangan tergolong akut, bisa dibasmi dengan insektisida. Akan tetapi, sebaiknya tetap waspada saat melakukan penyemprotan, jangan sampai terkena buahnya.

Orang bilang, kepopuleran buah imut ini tengah menanjak, lantaran mulai menyaingi jeruk nipis. Para peneliti juga mulai memikirkan pengembangan lemon cui tanpa biji. Tak heran, berbagai kelebihannya memang bisa menggugah selera pasar buah sekaligus menjadikannya sebagai komoditas unggulan. Terlebih, iklim Indonesia cukup sesuai untuknya. Jadi, tunggu apa lagi? (rk. utami).

Sumber : Pikiran Rakyat

   

Rasa Ini – by The Titans July 21, 2007

Posted by tintaungu in Rindu.
add a comment

dscn2682.jpg

La..la..la..la… (Reject)

      

Pohon Tua July 21, 2007

Posted by tintaungu in Reksa.
add a comment

Suatu ketika, di sebuah padang, tersebutlah sebatang pohon rindang. Dahannya rimbun dengan dedaunan. Batangnya tinggi menjulang. Akarnya, tampak menonjol keluar, menembus tanah hingga dalam. Pohon itu, tampak gagah di banding dengan pohon-pohon lain di sekitarnya.

Pohon itupun, menjadi tempat hidup bagi beberapa burung disana. Mereka membuat sarang, dan bergantung hidup pada batang-batangnya. Burung-burung itu membuat lubang, dan mengerami telur-telur mereka dalam kebesaran pohon itu. Pohon itupun merasa senang, mendapatkan teman, saat mengisi hari-harinya yang panjang.

Orang-orang pun bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap singgah, dan berteduh pada kerindangan pohon itu. Orang-orang itu sering duduk, dan membuka bekal makan, di bawah naungan dahan-dahan. “Pohon yang sangat berguna,” begitu ujar mereka setiap selesai berteduh. Lagi-lagi, sang pohon pun bangga mendengar perkataan tadi.

Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai sakit-sakitan. Daun-daunnya rontok, ranting-rantingnya pun mulai berjatuhan. Tubuhnya, kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu di milikinya. Burung-burung pun mulai enggan bersarang disana. Orang yang lewat, tak lagi mau mampir dan singgah untuk berteduh.

Sang pohon pun bersedih. “Ya Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang Kau berikan padaku? Aku butuh teman. Tak ada lagi yang mau mendekatiku. Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?” begitu ratap sang pohon, hingga terdengar ke seluruh hutan. “Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan siksaan ini?” Sang pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang kering.Musim telah berganti, namun keadaan belumlah mau berubah. Sang pohon tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering. Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam-malam hening yang panjang.

Hingga pada saat pagi menjelang. “Cittt…cericirit…cittt” Ah suara apa itu? Ternyata, ada seekor anak burung yang baru menetas. Sang pohon terhenyak dalam lamunannya. “Cittt…cericirit…cittt,” suara itu makin keras melengking. Ada lagi anak burung yang baru lahir. Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas kelahiran burung-burung baru. Satu… dua… tiga… dan empat anak burung lahir ke dunia. “Ah, doaku di jawab-Nya,” begitu seru sang pohon.

Keesokan harinya, beterbanganlah banyak burung ke arah pohon itu. Mereka,akan membuat sarang-sarang baru. Ternyata, batang kayu yang kering, mengundang burung dengan jenis tertentu tertarik untuk mau bersarang disana. Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di dalam batang yang kering, ketimbang sebelumnya. Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih beragam. “Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini”, gumam sang pohon dengan berbinar.

Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah, hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat akarnya. Sang Tunas tampak tersenyum. Ah, rupanya, airmata sang pohon tua itu, membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada alam.

***

Adakah hikmah yang dapat kita petik disana? Allah memang selalu punya rencana-rencana rahasia buat kita. Allah, dengan kuasa yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, akan selalu memberikan jawaban-jawaban buat kita. Walaupun kadang penyelesaiannya tak selalu mudah ditebak, namun, yakinlah, Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita.Saat dititipkan-Nya cobaan buat kita, maka di saat lain, diberikan-Nya kita karunia yang berlimpah. Ujian yang sandingkan-Nya, bukanlah harga mati. Bukanlah suatu hal yang tak dapat disiasati. Saat Allah memberikan cobaan pada sang Pohon, maka, sesungguhnya Allah, sedang MENUNDA memberikan kemuliaan-Nya. Allah tidak memilih untuk menumbangkannya, sebab, Dia menyimpan sejumlah rahasia. Allah, sedang menguji kesabaran yang dimiliki.

Apapun cobaan yang kita hadapi, adalah bagian dari rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan-Nya buat kita. Jangan putus asa, jangan lemah hati. Allah, selalu bersama orang-orang yang sabar.

[Milis Pengembangan-Kepribadian@yahoogroups.com  ]

  

ESQ 165 July 19, 2007

Posted by tintaungu in Reksa.
add a comment

Istri saya lg seneng2nya baca buku ESQnya Ary Ginanjar. Entah udah berapa judul buku yang dibeli dan dibacanya. Saya sendiri kurang konsent awalnya, dan cenderung berpendapat pelatihan semacam ESQ gitu lebih menonjolkan bisnis daripada dakwahnya. Sekarang kan lagi ngetrend bisnis MICE di berbagai kota. Tapi istri saya tetap bilang meyakinkan saya, ‘bener Mas, ini bagus banget kok’.  

Hingga pas minggu kemaren anak saya Niya diikutkan oleh istri saya Training ESQ Kids di Fapet UGM, saya diminta istri untuk mendampinginya.. Oke deh, pikir saya sekalian ngisi acara liburan. Ternyata emang lumayan bagus.  

Bagus materi dan metodenya…juga efek atau hasilnya (semoga bertahan lama). Pas training  selama 2 hari itu, Niya sampai sempat nangis 8 kali, hari pertama 5 kali dan hari kedua 3 kali. Dan semenjak itu, Niya entah kok jadi rajin sholatnya sekarang. Kalo subuh bangun kesiangan, mulai bilang ’kok aku gak dibangunin pagi2 tho..’ Padahal ayah dan ibunya juga pas kesiangan, hehe…  

Sedikit dari training ESQ 165 (Ihsan, Iman dan Islam), saya jadi tau kenapa Siti Hajar melakukan Sa’i (lari2 kecil) dari bukit Safa ke Marwah dan sebaliknya, karena Siti Hajar sayang dan cinta pada anaknya, mencari seteguk air untuk anak tercintanya. Artinya, sayang dan cinta tidak hanya cukup dilakukan dengan berdiam diri, tapi harus dilakukan dengan aktif bertindak (bergerak). Saya juga jadi tau, kenapa saat melempar Jumroh harus sekuat tenaga, karena yang dilempar adalah syetan, sedang syetan itu adanya bukan di batu tersebut, tapi ada di dalam hati kita, itulah yang kita ambil lalu kita buang sekuat tenaga.. Syetan iri, syetan dengki dan semua syetan yang bercokol di hati kita. 

…Subhanallah… Betapa tidak berartinya diri ini dibanding dengan alam semesta yang ada di jagad raya ini, betapa sombongnya diri ini.. Yaa-Ghafuruu, ampuni segala kesalahan hambaMu ini…

  

Belajar dari Paku July 5, 2007

Posted by tintaungu in Ragam.
add a comment

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah.

Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar. Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. “Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi, lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. “Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini. di hati orang lain.

Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada. Dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik.”

(Gede Prama)

  

Satu Nasehat Dua Pengertian July 5, 2007

Posted by tintaungu in Ragam.
add a comment

Dahulu kala ada 2 orang kakak beradik. Ketika ayahnya meninggal sebelumnya berpesan dua hal: pertama jangan menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadamu, dan kedua jika mereka pergi dari rumah ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.

Ibunya yang masih hidup menanyakan hal itu kepada mereka. Jawab anak yang bungsu:

Inilah karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, dan sebagai akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih. Juga ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong. Sebetulnya dengan jalan kaki saja cukup, tetapi karena pesan ayah demikian maka akibatnya pengeluaranku bertambah banyak.

Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, ibupun bertanya hal yang sama. Jawab anak sulung:

Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak menghutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut.Juga ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam. Akibatnya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup. Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris karena mempunyai jam kerja lebih lama.

Perbedaan dalam menafsirkan sesuatu , itulah yang disebut dengan paradigma atau sudut pandang , dan ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman , pendidikan , nilai – nilai , kepercayaan dan pembelajaran serta sikap seseorang dalam mengambil keputusan. Semakin positif unsur – unsur yang disebutkan diatas , maka semakin positif pula paradigma seseorang.

Nah sekarang terserah kita, mau pilih yang mana?

Kalajengking July 3, 2007

Posted by tintaungu in Ragam.
add a comment

Suatu hari seekor kalajengking mondar-mandir di tepian sebuah sungai dan bermaksud menuju seberang sungai. Ditengah kebingungannya itu kalajengking melihat seekor katak yang sedang berenang-renang dipinggir sungai itu. Kalajengking berteriak memanggil si katak dan memintanya untuk mengantar ke seberang sungai. Tapi dengan tegas si katak menolak permintaan kalajengking, katanya “Aku tak mau mati konyol dengan membawamu menyeberangi sungai ini, karena aku tau kamu beracun dan kamu pasti akan menyengatku selagi ada kesempatan.”

Kalajengking tak menyerah begitu saja, dia terus merayu si katak dan berkata dengan meyakinkan:”Tentu saja aku tidak setolol itu kawan, bukankah kita berdua akan mati tenggelam kalau aku menyengatmu ditengah jalan?” Sang katak pun akhirnya percaya dengan rayuan si kalajengking dan setuju membantunya dengan cara menggendong kalajengking dipunggungnya berenang menyeberangi sungai itu.

Perjalanan pun dimulai dan ketika mereka berdua berada ditengah-tengah sungai, tiba-tiba kalajengking menyengat si katak dengan sangat kuat. Dengan nafas tersengal-sengal diujung kematiannya, dengan lirih si katak masih sempat berkata “Mengapa kamu mengingkari janjimu?, sekarang kita berdua akan mati.” Kalajengking menjawab “Aku sungguh tidak tahan untuk tidak menyengatmu, itu sudah kebiasaanku.”

Watch your thoughts, they become words.
Watch your words, they become actions.
Watch your actions, they become habits.
Watch your habits, they become character.
Watch your character, they become your destiny

Oleh : Haryo Ardito – Ketua Harian Asosiasi Manajemen Indonesia – Jakarta

  

Pemikiran Terbaik July 2, 2007

Posted by tintaungu in Rona.
add a comment

Dalam masalah hati nurani, pikiran pertamalah yang terbaik. Dalam masalah kebijaksanaan, pemikiran terakhirlah yang paling baik.

(Robert Hall)

 

Hatimu Hatiku – by Titiek Sandhora July 2, 2007

Posted by tintaungu in Rindu.
add a comment

bakau.jpg

La..la..la..la… (Reject)