jump to navigation

Tiga Ikatan di Kepala January 29, 2008

Posted by tintaungu in Rona.
add a comment

Dari Abu Hurairah, Rasulullah s.a.w. bersabda: “Kalian bila tidur, maka syetan membuat 3 ikatan di kepala kalian yang membuat tidur kalian nyenyak, kalau kalian bangun dan berdzikir kepada Allah maka lepaslah satu ikatan, kalau wudlu maka lepaslah ikatan kedua dan ketika sholat maka lepaslah ikatan ketiga, maka kalian akan bangun pagi dengan giat dan hati yang bersih, kalau tidak maka kalian akan bangun malas dengan hati yang keruh” (H.R.Muslim)

      

Sumber Kesombongan January 24, 2008

Posted by tintaungu in Reksa.
add a comment

Sombong—sebagaimana didefinisikan Rasulullah SAW—adalah “melecehkan orang lain dan menolak kebenaran” (HR Muslim dan Tirmidzi). Bila penyakit ini telah mewabah dan menjangkit manusia, maka tidak ada lagi penghormatan dan sopan santun, kebenaran menjadi barang mainan. Lebih jauh, penyakit ini akan memunculkan sikap kezaliman, kemarahan, terorisme, permusuhan dan pelanggaran hak.

Ketahuilah bahwa tidak akan bersombong kecuali orang yang menganggap dirinya besar dan tidak akan menganggap dirinya besar kecuali orang yang meyakini memiliki sifat kesempurnaan. Di antara sumber kesombongan adalah sebagai berikut:

Pertama: NASAB KETURUNAN. Orang yang punya nasab keturunan yang tinggi menganggap hinaorang yang tidak memiliki nasab tersebut, sekalipun ia lebih tinggi ilmu dan amalnya. Kadang sebagian mereka menyombongkan diri lalu menganggap orang lain sebagai pengikut dan budaknya, sehingga ia enggan bergaul dan duduk bersama mereka. Rasulullah bersabda “Hendaklah orang meninggalkan kebanggan terhadap nenek moyang mereka yang telah menjadi batu bara di neraka.”(HR. Abu Daud)

Kedua: HARTA KEKAYAAN. Hal ini biasanya terjadi dikalangan para raja, pemimpin, para konglomerat, pengusaha, tuan tanah, dan para pejabat negara serta keluarga mereka. Mereka membanggakan kedudukan dan hartanya sehingga merendahkan dan melecehkan orang lain. Orang-orang semacam ini bila tidak bertaubat akan berakhir seperti Qorun yang ditelan bumi karena kesombongan terhadap hartanya.

Ketiga: ILMU PENGETAHUAN. Demikian cepatnya kesombongan menjangkiti para ulama (kaum intelektual) sehingga seorang berilmu pengetahuan mudah merasa tinggi dengan ilmu pengetahuannya. Ia merasa paling mulia diantara manusia. Ia memandang dirinya lebih tinggi dan lebih mulia disisi Allah ketimbang yang lainnya. Hal demikian bisa terjadi karena ilmu yang didapat lebih berorientasi pada duniawi semata, tanpa dilandasi keikhlasan dan pensucian jiwa dalam menuntutnya. Sebab ilmu yang didapat dengan ikhlas karena Allah dan hati yang jujur akan melahirkan sikap tawadhu’ dan rasa takut kepada Allah.

Keempat: AMAL dan IBADAH. Orang-orang yang zuhud dan para ahli ibadah tidak terlepas pula dari nistanya kesombongan, kepongahan dan tindakan melecehkan orang lain. Dengan amal dan ibadahnya ia merasa yakin akan selamat, sementara orang lain akan binasa. Sabda Rasulullah SAW “Cukuplah seseorang dinilai telah berbuat kejahatan bila ia merendahkan saudaranya sesama muslim” (HR. Muslim)

Kelima: KECANTIKAN/KETAMPANAN. Kecantikan atau ketampanan seseorang bisa meyebabkan dirinya sombong dengan cara merendahkan dan menyebut-nyebut keburukan rupa orang lain.

Dengan definisi yang disebutkan oleh Rasulullah SAW itu, tentulah banyak keburukan yang terdapat di dalam sifat sombong (takabbur), sehingga wajar jika kemudian kesombongan menjadi penghalang masuk surga, sebagaimana dalam hadits shahih Baginda Rasul bersabda: ” Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan sebesar dzarrah “. Hal itu disebabkan karena kesombongan menghalangi hamba dari semua akhlaq yang seharusnya disandang oleh orang mu’min, sedangkan akhlaq-akhlaq itu adalah pintu surga, dan kesombongan penutup pintu-pintunya. Sebab, seseorang tidak bisa mencintai kaum mu’minin sebagaimana ia mencinta diri sendiri bila di dalam hatinya masih ada kesombongan, begitu juga dengan perbuatan-perbuatan lainnya yang muaranya adalah karena adanya kesombongan dalam hatinya.
     
(Sumber: Anonymous)
     

Kepepet vs Iming-iming January 23, 2008

Posted by tintaungu in Reksa.
add a comment
Ada 2 sebab yg membuat orang tak tergerak untuk berubah. Yang pertama adalah impiannya kurang kuat, yang kedua tidak kepepet. Dua hal tersebut yang seringkali disebut orang sebagai motivasi.
    
Kesalahan fatal yang timbul oleh sebagian besar motivator ataupun trainer motivasi lainnya adalah hanya menggunakan impian sebagai ‘iming-iming’ untuk menggerakkan audiens.
    
“Apa Impian anda? Siapa yang impiannya punya mobil mewah? Rumah mewah? atau bahkan kapal pesiar?” Memang, saat di ruang seminar, mereka sangat terbawa dan termotivasi oleh sang motivator. Tapi masalahnya, sepulang dari seminar, mereka dihantam kemalasan, mungkin juga halangan-halangan bahkan seringkali oleh orang-orang yang mereka sayangi. Apa jadinya? Mereka tetap diam di tempat.
    
Contoh yang kedua, ada seorang salesman yang bekerja di suatu perusahaan. Seperti perusahaan lainnya, mereka menerapkan sistem bonus.
    
“Jika anda mencapai target yang telah ditentukan, maka anda akan mendapat bonus jalan-jalan keluar negeri!” kata managernya.
     
“Gimana, semangat?” lanjut manager berinteraksi.
    
“Semangaat..ngat..ngat!” sambut salesman, sambil mengepalkan tangannya seolah siap tempur. Bulan demi bulan pun berlalu tanpa pencapaian target. Kemudian si manager bertanya,
     
“Apa bonus yang aku tawarkan kurang besar?”.
      
“Enggak kok Pak, cukup besar, mudah-mudahan bulan depan tercapai Pak”. Setelah 3 bulan masa ‘iming-iming’ tak berhasil, si manager mulai mengubah strategi. Dia berteriak agak menekan di dalam meetingnya,
      
“Pokoknya, jika anda tidak bisa mencapai target penjualan yang sudah saya tetapkan, anda saya PECAT!”. Nah, keluarlah keringat dingin si salesman. Sekeluar dari ruangan dia langsung menyambangi calon-calon customernya, kerjanyapun semakin giat. Malas, malu, nggak pe-denya hilang seketika. Kok bisa? Karena KePePet! Yang dia pikirkan, jika dia tidak dapat memenuhi target, dia akan dipecat. Jika dipecat, penghasilannya akan nol.
      
“Trus anak istriku makan apa?” pikirnya. Anehnya, target penjualan yang selama ini tidak pernah tercapai, bisa juga terlampaui.
       
Itulah yang disebut The Power of Kepepet. 97% orang termotivasi karena Kepepet, bukan karena iming-iming. Maka dari itu ada pepatah mengatakan bahwa “Kondisi Kepepet adalah motivasi terbesar di dunia!”. Banyak perusahaan mengkampanyekan Visi besarnya kepada seluruh karyawannya. Apa jawab mereka? “Emang gua pikirin!”. Bukannya salah karyawan yang tidak peduli terhadap visi perusahaan, tapi karena visi itu tak terlihat oleh karyawan. Mereka lebih termotivasi oleh sesuatu yang berupa ancaman, baik situasi dimasa mendatang ataupun berupa punishment.
      
John P. Kotter (Harvard Business Review) mengemukakan ” Establishing Sense of Urgentcy” adalah langkah pertama untuk menggerakkan perubahan dalam suatu organisasi. Dengan melihat ancaman-ancaman terhadap kompetisi dan krisis, membuat mereka tergerak, sebelum mengkomunikasikan “VISI”. “Jika rasa sakit terhadap kondisi sekarang tidak kuat, orang tak akan beranjak untuk berubah”
       
Jadi analisa kembali kehidupan Anda sekarang ini. Jika Anda tidak mengubahnya, rasa sakit atau kerugian apa yang akan Anda dapatkan dimasa mendatang. Saran saya, jika Anda berada di zona yang sangat nyaman untuk tidak berubah (tidak melihat ancaman), ciptakan sedikit trigger (challenge) misalnya berupa penambahan investasi rumah. Jangan beli rumah yang sesuai dengan kemampuan bayar Anda, tapi ‘sedikit lebih’ dari kemampuan Anda sekarang. Nah, dengan begitu Anda mau nggak mau dipaksa untuk mencari penghasilan tambahan atau mengurangi porsi pengeluaran yang tidak penting. Langkah kedua baru pikirkan nilai investasi itu 5 sampai 10 tahun mendatang, mungkin bisa sebagai solusi pembiayaan uang sekolah anak Anda kelak. Dengan meletakkan porsi dan posisi The Power of Kepepet dan Iming-iming secara tepat, InsyaAllah kita akan selalu termotivasi. FIGHT!
        
Sumber : Tulisan Jaya Setiabudi,
Pendiri Entrepreneur Association Coach Entrepreneur Camp

      

Cinta dalam Hati – by Ungu January 19, 2008

Posted by tintaungu in Rindu.
add a comment
mungkin ini memang jalan takdirku
mengagumi tanpa di cintai
tak mengapa bagiku asal kau pun bahagia
dengan hidupmu, dengan hidupmu
     
telah lama kupendam perasaan itu
menunggu hatimu menyambut diriku
tak mengapa bagiku cintaimu pun adalah
bahagia untukku, bahagia untukku
    
reff:
ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu
meski ku tunggu hingga ujung waktuku
dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
dan ijinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejab saja
     

Jejak… January 12, 2008

Posted by tintaungu in Reksa.
add a comment

footprint.jpg

Banyak orang masuk ke dalam kehidupan kita, satu demi satu datang dan pergi silih berganti. Ada yang tinggal untuk sementara waktu dan meninggalkan jejak-jejak di dalam hati kita dan tak sedikit yang membuat diri kita berubah.
     
Alkisah seorang tukang lentera di sebuah desa kecil, setiap petang lelaki tua ini berkeliling membawa sebuah tongkat obor penyulut lentera dan memanggul sebuah tangga kecil. Ia berjalan keliling desa menuju ke tiang lentera dan menyandarkan tangganya pada tiang lentera, naik dan menyulut sumbu dalam kotak kaca lentera itu hingga menyala lalu turun, kemudian ia panggul tangganya lagi dan berjalan menuju tiang lentera berikutnya.
    
Begitu seterusnya dari satu tiang ke tiang berikutnya, makin jauh lelaki tua itu berjalan dan makin jauh dari pandangan kita hingga akhirnya menghilang ditelan kegelapan malam. Namun demikian, bagi siapapun yang melihatnya akan selalu tahu kemana arah perginya pak tua itu dari lentera-lentera yang dinyalakannya.
     
Penghargaan tertinggi adalah menjalani kehidupan sedemikian rupa sehingga pantas mendapatkan ucapan: “Saya selalu tahu kemana arah perginya dari jejak-jejak yang ditinggalkannya.”
    
Seperti halnya perjalanan si lelaki tua dari satu lentera ke lentera berikutnya, kemanapun kita pergi akan meninggalkan jejak. Tujuan yang jelas dan besarnya rasa tanggung jawab kita adalah jejak-jejak yang ingin diikuti oleh putera puteri kita dan dalam prosesnya akan membuat orang tua kita bangga akan jejak yang pernah mereka tinggalkan bagi kita.
    
Tinggalkan jejak yang bermakna, maka bukan saja kehidupan kita yang akan menjadi lebih baik tapi juga kehidupan mereka yang mengikutinya.
      
(Sumber: Anonymous)

         

Ketika Laki-laki Berbohong January 10, 2008

Posted by tintaungu in Riang.
add a comment
Seorang penjual minyak goreng keliling seperti biasa menjajakan dagangannya di tepian Sungai Citarum. “Nyak nyak minyaaaaaaaaaaaaak” ,teriaknya. Di jalanan menurun tiba-tiba gerobaknya yang penuh dengan botol minyak tergelincir ke Sungai Citarum. Plung … lap …tenggelam deh ceritanya… Huuuuu … huuuu …. menangislah dia …. “Harus kuberi makan apa istriku nanti … huuu…”
     
Tiba-tiba … ada Malaikat yang baik hati muncul dan bertanya : “Hai, BAJURI … kenapa gerangankah sehingga engkau menangis begitu ?” Ternyata … namanya BAJURI … tahu juga ya itu Malaikat …. “Oh, Malaikat … gerobak minyak goreng saya tergelincir ke sungai …” “Baiklah … aku akan ambilkan untukmu …”
   
Tiba-tiba Malaikat itu menghilang dan muncul lagi dengan sebuah kereta kencana dari emas, penuh dengan botol dari intan … “Inikah punyamu?” tanya Malaikat … “Bukan … gerobakku tidak sebagus itu … mana mungkin penghasilan saya yang 6 juta sebulan bisa beli kereta kencana? Itu pun sudah ditambah komisi penjualan yang cuma sedikit”
Malaikat itu pun menghilang lagi dan muncul dengan sebuah kereta perak dengan botol dari perunggu. “Inikah punyamu?” tanyanya lagi. “Bukan, hai Malaikat yang baik … Punyaku cuma dari besi biasa .. botolnya juga botol biasa …” Lalu Malaikat itu pergi lagi … dan kali ini kembali dengan gerobak dan botol Si BAJURI. “Inikah punyamu?” “Alhamdulillah … benar ya Malaikat. Terima kasih sekali engkau telah mengambilkannya untukku”.
     
Malaikat berkata”, Engkau jujur sekali, ya BAJURI. Untuk itu sebagai hadiah … aku berikan semua kereta dan botol tadi untukmu …” “???????? Alhamdulillah …. terima kasih ya Allah … terima kasih ya Malaikat …”
    
Sebulan kemudian, BAJURI rafting bersama istrinya di sungai yang sama … Naas tak dapat ditolak, malang tak bisa dihindari … Perahu karetnya terbalik dan istrinya hanyut … “Huuuuuuuuuuuuuuuuu u…. huuuuuuuuuuu ……. istriku … di mana engkau ….”, isaknya …
     
Tiba-tiba Malaikat pun muncul lagi … “Kenapa lagi engkau, ya BAJURI ?” “Istri saya hanyut dan tenggelam di sungai, hai Malaikat …” “Ohhh … tenang … aku ambilkan …” Plash … Malaikat itu menghilang dan tiba-tiba muncul kembali sambil membawa Nafa Urbach … yang ada tato mawar di perutnya … “Inikah istrimu?” tanya Malaikat … “Betul, Malaikat … dialah istriku …” “Haaaaaa …. BAJURI!!!”
    
Malaikat membentak marah. “Sejak kapan kamu berani bohong? Di manakah kejujuran kamu sekarang?” Sambil bergetar dan berjongkok … BAJURI berkata :”Ya, Malaikat … kalau aku jujur … nanti engkau menghilang lagi dan membawa Bella Saphira … kalau kubilang lagi bukan … maka engkau akan menghilang lagi dan membawa lagi istriku yang sebenarnya …Lalu … engkau akan bilang bahwa aku jujur sekali … dan engkau akan memberikan ketiga-tiganya kepadaku… Buat membiayai hidup Nafa saja aku bingung gimana caranya …apalagi tiga-tiganya? ?? “ Malaikat pun termangu dan bengong …. “ Benar juga kamu … kamu realistis …”

(Anonymous)

     

Jejak Sepatu di Karpet January 9, 2008

Posted by tintaungu in Reksa.
add a comment

Sebuah kisah nyata… Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.
   
Cuma ada satu masalah, ibu yg pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi terjadi dan menyiksanya.
   

Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya. Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu : “Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan” Ibu itu kemudian menutup matanya. “Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?” Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yg murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya. Virginia Satir melanjutkan; “Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu.Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka. Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi”.
   
Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, napasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya. “Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran disana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu”. Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb. “Sekarang bukalah mata ibu”. Ibu itu membuka matanya “Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?” Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Aku tahu maksud anda” ujar sang ibu, “Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif”.
   
Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada di rumah.

Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming). Teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana kita ‘membingkai ulang’ sudut pandang kita, sehingga sesuatu yg tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.
    
Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut pandang : Saya BERSYUKUR;

1.Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan, karena itu artinya ia bersamaku bukan dengan orang lain.
2.Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat maksiat.
3.Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan.
4.Untuk tagihan pajak yang cukup besar, karena itu artinya saya bekerja dan digaji lumayan.
5.Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, karena itu artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman.
6.Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya saya cukup makan.
7.Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari, karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras.
8.Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah, karena itu artinya masih ada kebebasan berpendapat.
9.Untuk bunyi alarm keras jam 5 pagi yg membangunkan saya, karena itu artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup.
10.Untuk setiap permasalahan hidup yang saya hadapi, karena itu artinya Tuhan sedang membentuk dan menempa saya untuk menjadi lebih baik lagi.

Sumber : Anonymous

      

Kebutuhan Primer Pria dan Wanita January 9, 2008

Posted by tintaungu in Ragam.
2 comments
Kebanyakan kebutuhan emosional kita yang kompleks dapat diringkas sebagai kebutuhan akan cinta. Kaum pria dan wanita masing-masing mempunyai enam kebutuhan cinta yang khas dan sama-sama penting. Kaum pria terutama membutuhkan kepercayaan, penerimaan, penghargaan, pujian, persetujuan dan dorongan. Kaum wanita terutama membutuhkan rasa sayang, pengertian, rasa hormat, perhatian, penegasan dan jaminan. Tugas besar untuk memikirkan apa yang dibutuhkan pasangan kita dapat sangat disederhanakan melalui pemahaman tentang kedua belas cinta yang berbeda itu.
   
Tentunya setiap pria dan wanita pada akhirnya membutuhkan kedua belas jenis cinta itu. Mengakui keenam jenis cinta yang dibutuhkan kaum wanita tidak berarti kaum pria tidak membutuhkan jenis-jenis cinta ini. Kaum pria juga membutuhkan perhatian, pengertian, rasa hormat, kesetiaan, kebenaran dan ketenteraman. Yang dimaksud “kebutuhan primer” adalah orang perlu lebih dulu memuaskan kebutuhan primernya sebelum sanggup sepenuhnya menerima dan menghargai jenis-jenis cinta lainnya.
   
Kebutuhan primer harus lebih dulu dipenuhi sebelum orang sanggup sepenuhnya menerima dan menghargai jenis-jenis cinta lainnya.
    
1. Wanita membutuhkan Perhatian, Pria membutuhkan Kepercayaan 

Saat pria memperlihatkan minat terhadap perasaan-perasaan wanita dan menunjukkan kepedulian mendalam akan kesejahteraan wanita itu, si wanita merasa dicinta dan diperhatikan. Dengan membuat si wanita merasa istimewa dengan cara yang penuh cinta, pria itu berhasil memuaskan kebutuhan primernya yang pertama. Tentu saja si wanita makin mempercayainya. Rasa percaya ini membuatnya lebih terbuka dan lebih mudah menerima.  

Bila wanita menunjukkan sikap terbuka dan mudah menerima terhadap pria, pria itu merasa dipercaya. Mempercayai pria berarti meyakini bahwa ia melakukan yang terbaik dan bahwa pria tersebut menginginkan yang terbaik bagi pasangannya. Bila reaksi-reaksi si wanita mengungkapkan kepercayaan positif terhadap kemampuan dan niat pria, kebutuhan cinta utama pria itu pun terpuaskan. Otomatis pria itu jadi lebih penuh cinta dan perhatian terhadap perasaan-perasaan dan kebutuhan si wanita.

2. Wanita membutuhkan Pengertian, Pria membutuhkan Penerimaan.  

Bila pria mendengarkan tanpa menghakimi, melainkan dengan empati dan kedekatan terhadap wanita yang sedang mengungkapkan perasaan-perasaannya, wanita itu merasa didengarkan dan dipahami. Sikap penuh pengertian tidak berarti mengetahui pikiran atau perasaan seseorang, melainkan berusaha mengumpulkan makna-makna dari apa yang didengar, dan bergerak untuk membenarkan apa yang disampaikan. Semakin terpenuhi kebutuhan wanita untuk didengarkan dan dimengerti, semakin mudah baginya untuk memberi penerimaan yang dibutuhkan pasangannya.  
   
Bila wanita dengan penuh cinta menerima pria tanpa berusaha mengubahnya, pria itu merasa diterima. Sikap menerima itu tidak menolak, melainkan menegaskan bahwa pria itu diterima dengan gembira. Ini tidak berarti si wanita yakin pria itu sempurna, melainkan memperlihatkan bahwa ia tidak mencoba memperbaiki pria itu, bahwa ia mempercayai si pria untuk membuat perbaikan-perbaikan sendiri. Setelah merasa diterima, lebih mudah bagi pria untuk mendengarkan dan memberi wanita pemahaman yang dibutuhkan dan layak diterimanya.
   
3. Wanita membutuhkan Rasa Hormat, Pria membutuhkan Penghargaan.  

Wanita merasa dihormati bila pria menanggapinya dengan mengakui dan mengutamakan hak-hak, harapan dan kebutuhan-kebutuhannya. Bila tingkah laku pria itu mempertimbangkan pikiran-pikiran dan perasaannya, wanita tersebut pasti merasa dihormati. Ungkapan-ungkapan rasa hormat fisik dan nyata, misalnya dengan memberi bunga dan mengingat ulang tahun, sangat penting untuk memuaskan kebutuhan cinta utama nomor tiga pada wanita.

Bila wanita merasa dihormati, jauh lebih mudah baginya untuk memberi suaminya penghargaan yang layak diterimanya.  Bila wanita mengakui telah menerima manfaat dan nilai pribadi dari usaha-usaha dan tingkah laku pria, si pria jadi merasa dihargai. Penghargaan merupakan reaksi alami terhadap pasangan didukung. Setelah merasa dihargai, pria tahu usahanya tidak sia-sia; dengan demikian, ia didorong untuk memberi lebih banyak. Pria yang merasa dihargai secara otomatis lebih bersemangat dan terdorong untuk lebih menghormati pasangannya.

4. Wanita membutuhkan Kesetiaan, Pria membutuhkan Kekaguman.  

  
Bila pria mengutamakan kebutuhan-kebutuhan wanita dan dengan bangga mendukung dan memuaskan si wanita, kebutuhan utama cinta nomor empat wanita tersebut terpuaskan. Wanita berkembang subur jika ia merasa dipuja dan istimewa. Pria dapat memenuhi kebutuhan ini dengan lebih mementingkan kebutuhan dan perasaan wanita itu daripada minat-minatnya sendiri seperti pekerjaan, pelajaran, dan rekreasi. Jika si wanita merasa dirinyalah yang terpenting dalam kehidupan pria itu, dengan mudah ia akan memberikan kekagumannya.  
    
Seperti halnya wanita perlu merasakan perhatian pria, pria pun perlu merasakan kekaguman wanita. Mengagumi pria adalah memandangnya dengan penuh kekaguman, rasa senang dan persetujuan yang menyenangkan. Pria merasa dikagumi jika wanita gembira dan takjub akan sifat-sifat khasnya atau bakat-bakatnya yang mungkin mencakup rasa humor, keperkasaan, ketekunan, kejujuran, integritas, kemesraan, kebaikan hati, cinta, pengertian dan sifat-sifat baik lain. Bila pria merasa dikagumi, ia akan merasa cukup aman untuk membaktikan diri bagi isterinya dan menyanjungnya.
   
5. Wanita membutuhkan Penegasan, Pria membutuhkan Persetujuan.  

Bila pria tidak keberatan atau tidak menentang perasaan dan kebutuhan wanita, melainkan menerimanya dan menegaskan keabsahannya, wanita akan betul-betul merasa dicintai, karena kebutuhan primernya yang kelima telah terpuaskan. Sikap mengesahkan pria menegaskan hak wanita untuk merasa sebagaimana dirasakannya. (Perlu diingat, pria dapat menghargai sudut pandang wanita, meski ia sendiri mempunyai sudut pandang berbeda). Setelah pria belajar menunjukkan pada wanita sikap mengiyakan ini, pria itu pasti memperoleh persetujuan yang terutama dibutuhkannya.  

Jauh di dalam lubuk hatinya, setiap pria ingin menjadi pahlawan atau ksatria dengan baju baja berkilauan bagi wanita. Tanda bahwa pria telah lulus ujian seorang wanita adalah persetujuannya. Sikap menyetujui ini berupa pengakuan atas kebaikan dalam diri si pria dan mengungkapkan kepuasan menyeluruh terhadap pria itu. (Ingat, memberikan restu kepada pria tidak lalu berarti sependapat dengannya). Sikap menyetujui berarti mengakui atau mencari alasan-alasan yang baik di balik apa yang dilakukan pria itu. Setelah pria menerima persetujuan yang dibutuhkan, jadi lebih mudah baginya untuk menghargai perasaan-perasaan si wanita.
   
6. Wanita perlu Jaminan, Pria perlu Dorongan.  
   
Bila pria berulang-ulang memperlihatkan bahwa ia memperhatikan, memahami, menghormati, menghargai dan menyayangi pasangannya, kebutuhan utama pasangannya untuk diyakinkan telah terpenuhi. Sikap meyakinkan membuat wanita merasa senantiasa dicintai.  

Pria umumnya membuat kekeliruan dengan menganggap bahwa sekali ia telah memenuhi semua kebutuhan cinta primer isterinya, dan isterinya merasa bahagia dan aman, maka sejak saat itu isterinya harus tahu bahwa ia dicintai. Padahal ini tidak cukup. Untuk memuaskan kebutuhan cinta primer nomor enam isterinya, pria harus ingat untuk meyakinkannya berulang kali.  

Demikian juga, pria terutama merasa perlu mendapat dorongan dari wanita. Sikap membesarkan hati dari wanita bisa memberi harapan dan keberanian kepada pria. Wanita dapat mengungkapkan kepercayaan akan kemampuan-kemampuan serta watak si pria. Sikap mengungkapkan kepercayaan, penerimaan, penghargaan, kekaguman dan persetujuan mendorong pria untuk menjadi pribadi yang sebaik-baiknya. Karena merasa berbesar hati, pria terdorong untuk memberi kepada wanita jaminan penuh cinta yang dibutuhkannya.   

Pria dapat menampilkan sisinya yang terbaik setelah kebutuhan-kebutuhan cinta primernya yang keenam terpuaskan. Tapi kadang-kadang wanita tidak tahu apa yang terutama dibutuhkan pria. Ia memberikan cinta penuh perhatian, bukannya cinta penuh kepercayaan. Dengan demikian, ia secara tak sadar menyabot hubungan mereka.
   
Dikutip dari Buku Mars and Venus, John Gray, Ph.D       
          

Sepenggal Kisah tentang Anak January 7, 2008

Posted by tintaungu in Ragam.
add a comment
Seorang anak kecil berlari dengan tergesa-gesa menuju ibunya, lalu berkata, “Bu, apa nama lubang yang ada di depan rumah kita?” Ibunya menjawab, “Ibu lagi sibuk masak. Pergilah ke ayahmu!” Anak itu pun berlari menuju ayahnya dan bertanya hal serupa, “Ayah, apa nama lubang di depan rumah kita?” Ayahnya menjawab, “Ayah sedang membaca koran. Pergilah ke kakakmu.” Kemudian anak itu berlari ke arah kakaknya dan bertanya hal yang sama, “Kak, apa nama lubang yang ada di depan rumah kita?” Kakaknya menjawab, “Namanya Biir.” Anak itu pun lalu berkata, “Kak, cepatlah pergi ke lubang Biir itu. Adik kita jatuh ke dalamnya.”
    
Cerita di atas saya kutip dari buku “Tersenyumlah” tulisan Dr. ‘Aidh Al-Qarni yang juga penulis buku best seller Laa Tahzan (Jangan Bersedih)”. Sebuah anekdot yang hanya akan menjadi gurauan belaka jika kita tidak memetik hikmah darinya. Dimana dalam cerita itu dikisahkan seorang anak kecil yang masih terbatas akalnya meminta sedikit perhatian dari orangtuanya untuk bertanya dan ingin menyampaikan berita dalam gayanya yang lugu. Kemudian dengan alasan sibuk, dia diacuhkan oleh orangtuanya. Dan ternyata sikap acuh itu berakibat sangat fatal. Karena berita yang ingin disampaikan si anak adalah berita penting yang menyangkut keselamatan jiwa salah satu anggota keluarga tersebut.
   
Kita tidak bisa menyalahkan si anak kecil mengapa tidak berkata langsung bahwa adiknya terjatuh ke dalam lubang. Tentu pola pikir dalam dunianya berbeda dengan pola pikir kita sebagai orang dewasa. Dan tentunya pula seorang anak kecil yang lugu belum memahami pola komunikasi yang efektif, dimana seharusnya orangtualah yang mengajarkannya. Tapi bagaimana mau mendidik, sedangkan untuk menjawab pertanyaan sederhana dari si anak dalam cerita tersebut saja orangtuanya acuh, merasa terganggu aktifitasnya.
   
Bukankah seharusnya orang dewasalah yang memahami dunia anak kecil? Sebagaimana kita diajarkan untuk “berbahasa” dengan “bahasa” orang yang sedang kita hadapi. Bukankah pula orangtua yang harus meluangkan waktu untuk mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anaknya? Memiliki tanggung jawab mendidik dan mengasuh mereka? Bukan sekedar memberikan mainan, uang, atau segala fasilitas. Bukan pula dengan menyerahkan tanggung jawab kepada baby sitter, pembantu, atau sekolah.
    
Sebuah syair menyatakan, “Bukanlah anak yatim itu adalah anak yang kedua orangtuanya telah selesai menanggung derita hidup (telah wafat) dan meninggalkannya sebagai anak yang merana. Tetapi anak yatim itu adalah yang mendapatkan seorang ibu yang menelantarkannya atau seorang ayah yang sibuk tidak menghiraukannya.”
    
Teladan kita Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap pendidikan anak. Mengajarkan anak sejak masih kecil untuk mengenal Tuhannya. Membiasakan mereka melakukan ibadah shalat sejak sebelum masa aqil baligh, sebelum masa dimana pahala dan dosa mulai dicatat. Beliau juga memerintahkan orangtua untuk memberi bekal kemampuan survive sekaligus melatih ketangkasan, konsentrasi, kecermatan, dan kekuatan bagi si anak kelak dengan mengajarkan berkuda, memanah, dan berenang. Dan di saat yang sama, Beliau pun mencontohkan dalam kehidupnya sikap kasih sayang terhadap anak.
    
Beliau SAW sebagai seorang pemimpin spiritual umat yang juga sekaligus pemimpin negara tidak segan mengucapkan salam terlebih dulu kepada anak-anak kecil yang dijumpainya, menjenguk dan mendo’akan anak-anak yang sakit, menghibur anak kecil yang binatang peliharaannya mati, melamakan sujud saat cucu-cucunya yang masih kecil bermain merangkul badannya ketika Beliau shalat, bermain menjadi tunggangan bagi cucu-cucunya, bermain angkat batu dengan anak-anak kecil, dan bercanda dengan mereka.
    
Imam Ahmad dengan sanad hasan meriwayatkan dari Abdullah bin Al-Harits RA, ia berkata, “Rasulullah SAW membariskan Abdullah, Ubaidillah, dan Kutsair ibnu Abbas RA, kemudian beliau berkata, “Siapa yang lebih dulu sampai kepadaku, maka baginya ini dan ini (hadiah).” Maka anak-anak tersebut bersaing lari kepada Rasulullah SAW sehingga ada yang terjatuh ke punggung dan dada Beliau. Beliau merangkul dan memangku semuanya.” Imam Bukhari telah meriwayatkan, bahwa Abu Hurairah RA telah berkata, “Rasulullah SAW telah menciumi Al-Hasan bin Ali. Ketika itu di sisi beliau duduk Al-Aqra’ bin Habis At-Tamimi. Al-Aqra’ berkata, “Sesungguhnya aku mempunyai sepuluh orang anak, tapi tak satu pun di antara mereka pernah aku cium.” Maka Rasulullah SAW memandangnya dan bersabda, “Man laa yarham, laa yurham” (Barangsiapa yang tidak mengasihi, (maka dia) tidak akan dikasihi.”  

(Tulisan: R. Widhiatma di Kotasantri.com)