jump to navigation

Position Power vs Personal Power October 21, 2008

Posted by tintaungu in Ragam, Reksa.
add a comment

“Seni berinteraksi dengan orang lain bukan terletak pada kemampuan untuk mengontrol, tetapi pada kemampuan untuk menyesuaikan.”

Ada sebuah kisah tentang seorang kaisar yang begitu iri dengan kemashuran seorang guru yang tinggal di atas puncak gunung. Banyak orang datang kepada guru itu dan meminta nasihatnya. Banyak berita dan cerita dikisahkan mengenai kebaikan dan kebijaksanaan guru itu yang membuat sang kaisar jadi semakin iri.

Bahkan, untuk mengatasi kemashuran guru ini, sang kaisar mulai membagi-bagikan uang dan menggunakan segala macam cara agar dirinya lebih disukai. Tetapi, hal ini tidak mengubah pendapat rakyat. Hingga akhirnya, si guru inipun difitnah mau merebut kekuasaan kaisar.

Akibatnya, si guru ditangkap dan dipancung kepalanya. Namun, justru setelah meninggal, nama si guru menjadi semakin melegenda yang membuat si kaisar menjadi semakin marah. Hingga saat terakhir sebelum menghembuskan nafasnya, si kaisar masih berkata, “Mengapa mereka lebih mencintai si guru ini? Mengapa? Bukankah aku kaisar yang sepantutnya lebih mereka cintai? Apa hebatnya si guru ini?” Lalu, si kaisarpun menutup mata selamanya. Berabad-abad lewat, orang pun lebih mengingat si guru dibandingkan dengan sang kaisar.

Pembaca, dalam kisah ini, kita akan bercerita mengenai dua jenis pengaruh yang kita berikan. Satu diwakili oleh si kaisar, dan satu lagi diwakili oleh si guru yang bijaksana.

Intinya, jika Anda mengamati setiap hubungan dan komunikasi yang terjadi di sekeliling kita, Anda bisa menemukan dua macam kekuatan yang mendorong seseorang dalam bertindak dan berkomunikasi. Yang pertama adalah position power, yaitu kekuatan untuk menggerakkan orang lain karena kita memiliki kekuatan, otoritas, jabatan, pengaruh, atau sesuatu yang lebih besar dari orang tersebut.

Prinsipnya: you do what I say because I am bigger, stronger, or have more authority over you (Anda melakukan apa yang saya katakan karena saya lebih besar, lebih kuat serta punya otoritas atas dirimu). Mungkin saat membaca kalimat ini pun, Anda langsung teringat wajah seseorang yang sering memaksa Anda dengan kekuasaan dan otoritasnya.

Bagi Anda yang mengalami secara langsung akibat dari position power, Anda tentu tahu bahwa dampak yang ditimbulkan dari position power ini. Kadangkala, akibat yang ditimbulkan bisa membawa beban emosi yang merusak dan orang pun merasa terpaksa melakukan, tetapi tidak dengan suka rela.

Pada dasarnya, orang tidaklah menghormati orang yang terlalu menggunakan position power-nya. Mereka menghormatinya, hanya karena takut dan tidak ingin konflik. Penghargaan yang muncul pun tidaklah tulus. Hal ini banyak terjadi pada pemimpin-pemimpin yang terlalu gila kekuasaan serta mengagung-agungkannya. Dan, tatkala kekuasaan, posisi, dan jabatan itu hilang, hilang pula lah position power ini. Inilah yang persis terjadi dengan sang kaisar yang iri tersebut.

Merasa peduli

Kekuatan kedua disebut dengan personal power, yaitu kekuatan untuk menggerakkan orang lain karena kita merasa peduli dengan kehidupan dan perasaan orang tersebut. Prinsipnya: I connect to you because I care about you and your feelings (Saya terhubung dengan Anda karena saya peduli mengenai diri dan perasaan Anda).

Meskipun jarang, tetapi saya seringali bertemu dengan beberapa pemimpin yang menggerakkan orang lain dengan personal power ini. Hasil yang dicapai dengan personal power akan menciptakan dampak yang terus-menerus, bertahan lama, dan orang menjadi lebih respek kepada pemimpin yang menggunakan personal power-nya.

Bahkan ketika sang pemimpin sudah resign dan tidak memiliki otoritas apapun atas mantan karyawannya, mereka tetap menghormati sang pemimpin. Dan, inilah yang terjadi dengan sang guru yang bijaksana tersebut.

Lalu, apakah dengan demikian otoritas, posisi, dan kekuasaan adalah sesuatu yang keliru? Tentu saja tidak. Bagaimanapun semua otoritas dan posisi tersebut bisa berfungsi untuk efektifitas, manajemen, delegasi, keteraturan, dan berbagai tujuan baik lainnya.

Hanya saja, pemimpin yang bijaksana akan menggunakan semua itu sebagai ‘sarana’ tambahan dalam mengefektifkan personal power-nya, sehingga keputusan dan tindakannya menjadi jauh lebih berdampak luas.

Intinya, manusia adalah makhluk emosi. Ketika kita mampu memahami, menyentuh, dan memenuhi kebutuhan emosi mereka, Anda akan sanggup membuat mereka bergerak dengan sukarela dan tanpa paksaan.

Pemimpin yang bijaksana mengetahui hal ini. Itulah sebabnya, John C. Maxwell mengatakan dengan bagus, “Pemimpin yang baik, berusaha menyentuh hati pengikutnya sebelum meminta uluran tangan mereka”

Hitler merupakan contoh pemimpin yang menggunakan position power. Lihatlah efek yang dihasilkan selama masa kepemimpinannya. Saat dia berkuasa, banyak orang yang takut dan menjadi terpaksa tunduk kepadanya. Namun, ada begitu banyak orang yang dirugikan dan dihancurkan hidupnya akibat caranya menggunakan position power-nya.

Tentu saja Hitler memiliki pendukung, yaitu orang-orang yang sepaham dengan dia dan menyetujui position power sebagai jalan terbaik. Namun kematian Hitler pada akhirnya justru banyak disambut gegap gempita dan disyukuri oleh banyak pihak.

Bandingkanlah dengan Bunda Teresa. Meski tidak memiliki jabatan dan otoritas apapun, Bunda Teresa sanggup menggerakkan banyak orang di dunia untuk mengikuti visi hidupnya. Personal power-nya menyebar begitu kuat hingga pada saat kematiannya seluruh dunia berkabung. Selama tiga bulan kematian Bunda Teresa masih terus diperingati. Bahkan sampai hari ini semua orang masih sangat respek terhadap Mother Teresa.

Jadi, dengan bercermin kepada sang kaisar dan si guru yang bijaksana, selama ini manakah yang Anda andalkan, position power atau personal power?
                                                                     
(Tulisan: Anthony Dio Martin di Harian Bisnis Indonesia)
                                                                              

Beban October 17, 2008

Posted by tintaungu in Reksa.
add a comment

Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Stephen F. Covey mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya: “Seberapa berat menurut anda kira-kira segelas air ini?” Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr. “Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya,” kata Covey.

“Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat.”

“Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya,” lanjut Covey. “Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi.” Kita harus meninggalkan beban kita secara periodic, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban tersebut.”

“Bukan beban berat yang membuat kita Stress, tetapi lamanya kita memikul beban tersebut.”
                                                        
(Sumber: haryoardito.com)
                                                          

Investasi Emas October 16, 2008

Posted by tintaungu in Ragam.
2 comments

Tak salah jika orang menyebut emas sebagai logam mulia. Selain rupanya nan elok, lonjakan harga logam yang satu ini juga bisa mendatangkan keuntungan berlipat-lipat bagi pemiliknya. Karena itulah, sejak zaman dahulu kala, banyak orang menggunakan emas sebagai salah satu alat untuk membiakkan duit mereka. Cuma, agar keuntungannya menjadi lebih maksimal, investor juga perlu mempelajari seluk-beluk investasi emas. Sebab, selain pilihan bentuk investasinya banyak, investasi emas juga butuh strategi khusus.

Di Indonesia, emas telah menjadi salah satu instrumen investasi favorit sepanjang masa. Maklum, secara umum, strategi berinvestasi emas juga sangat gampang. Investor tinggal membeli emas saat harganya murah dan menjualnya kembali saat harganya tinggi.

Nah, ada beberapa pilihan bentuk investasi emas yang bisa dimanfaatkan investor di Indonesia. Cara yang paling lazim adalah dengan membeli dan menyimpan perhiasan emas. Perhiasan ini bisa berupa kalung, cincin, giwang, anting-anting, dan seterusnya.

Kebetulan, perhiasan emas dengan mudah bisa dibeli di toko-toko perhiasan, mulai yang ada di pasar tradisional hingga ke toko perhiasan kelas modern. Bahkan, setiap kota besar di Indonesia biasanya memiliki pusat jual-beli emas sendiri-sendiri.

Investasi di dalam perhiasan emas juga memiliki kelebihan tersendiri. Sebab selain bisa menjadi alat investasi, perhiasan itu juga sekaligus bisa dipakai sebagai aksesori sehari-hari. Jadi, wajah makin cantik, dompet juga makin ciamik.

Tapi, menurut para pakar investasi, perhiasan emas sebenarnya tak terlalu cocok untuk investasi. Soalnya, ketika membeli perhiasan tersebut investor akan dikenai ongkos pembuatan. Maklum, untuk membuat perhiasan emas menjadi sedemikian elok perlu keahlian khusus.

Sementara, ketika menjualnya kembali ongkos itu tidak dihitung. Padahal, ongkos pembuatan itu bisa mencapai sekitar 20% dari harga suatu perhiasan. Jadi, misalnya Anda membeli gelang emas dan menjualnya lagi di hari yang sama, harga perhiasan itu paling tinggal sekitar 80%-nya.
Ini membuat harga jual kembali perhiasan emas menjadi yang paling rendah dibandingkan dengan bentuk-bentuk investasi emas lainnya.

Dus, kalau mau untung, kenaikan harga perhiasan emas tersebut harus lebih tinggi dari ongkos pembuatannya. Kalau harga perhiasan emas belum bagus, tapi sedang butuh duit bagaimana? Jangan memaksakan untuk menjualnya. Anda bisa menempuh jalan darurat untuk memperoleh dana sambil menunggu harga emas kembali membaik. Misalnya, dengan menggadaikan perhiasan itu.

Nah, agar tak melewatkan momen saat harga perhiasan emas melonjak tinggi, Anda harus rajin-rajin menanyakan perkembangan harga emas ke toko emas langganan Anda.

Ada satu risiko tambahan untuk investor yang memilih berinvestasi di perhiasan emas, yaitu risiko hilang. Ya, investor harus benar-benar cermat dalam menyimpan perhiasan emasnya. Selain bisa terselip, perhiasan emas juga rawan pencurian. Jika perhiasan itu sampai hilang, hilanglah seluruh investasi Anda. ?

Selain perhiasan, investor juga bisa berinvestasi emas melalui produk koin-koin emas. Ada koin emas bikinan luar negeri, ada pula koin emas lokal. Di Indonesia, salah satu institusi yang memproduksi koin-koin emas itu adalah divisi peleburan logam mulia Aneka Tambang (Antam). Namun, investor juga mesti hati-hati. Sebab, di beberapa kasus koin emas ini sering menjadi media money game.

Selain perhiasan, pilihan investasi emas lainnya adalah dalam bentuk koin emas. Ini adalah koin-koin emas yang dibuat untuk mengenang peristiwa atau tokoh penting tertentu. Untuk membelinya, Anda bisa mengunjungi toko-toko emas yang agak besar.

Ada koin bikinan Amerika, Inggris, dan Indonesia. Berat koinnya bermacam-macam, mulai dari 1 gram sampai sekitar 33,4 gram atau lebih.

Khusus di Indonesia, koin emas itu biasanya dibuat oleh divisi peleburan logam mulia PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Asal tahu saja, Antam yang merupakan perusahaan pemerintah ini merupakan salah satu produsen emas terbesar di Indonesia.

Antam memiliki produk koin standar atau koin polos. Ukurannya sekitar 1 gram sampai 10 gram. Selain itu, divisi logam mulia Antam juga telah mengeluarkan berbagai seri koin eksklusif. Salah satu yang paling populer adalah koin simbol tahun berdasarkan kalender China, seperti tahun kuda, tahun naga, dan lain-lain. Selain itu Antam juga mengeluarkan seri badak, rumah Toraja, orang utan, dan seri kaligrafi. Cuma, ketika kita membeli koin-koin ini biasanya Antam akan memungut biaya pembuatan tambahan yang terpisah dari harganya.

Beberapa waktu lalu, Pegadaian juga pernah mengeluarkan koin ONH dengan ukuran 5 gram dan 10 gram. Tapi, koin ini tak terlalu diminati karena ketika membelinya, investor, harus membayar PPN sebesar 10%. Pegadaian pun menghentikan pembuatannya.

Nah, jika berminat, Anda tinggal membeli koin-koin emas itu. Patokan harga emas yang dipakai biasanya adalah harga di London Metal Exchange (LME). Tapi, di Indonesia, Anda juga bisa mengecek harga emas keluaran Antam melalui situs internet http://www.logammulia.com.?

Investasi dalam emas batangan mungkin memang membutuhkan modal awal yang lebih besar jika dibandingkan investasi di perhiasan atau koin. Namun, emas batangan merupakan bentuk investasi emas yang paling ideal. Selain investor tak terkena biaya pembuatan, emas batangan juga tak mengenal penyusutan. Hanya, hati-hati dengan risiko perubahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Investasi emas yang paling tepat adalah dalam bentuk emas batangan atau emas lantakan. Sebab, kandungan nilainya tertinggi dan tak mengenal penyusutan nilai.

Selain itu, jika membeli emas batangan, investor juga tidak terkena biaya pembuatan. Karena itu, investor juga tak perlu khawatir keuntungannya bakal terpangkas oleh biaya pembuatan tersebut.

Di Indonesia, lagi-lagi, yang memproduksi emas batangan adalah PT Aneka Tambang Tbk (Antam) melalui divisi peleburan logam mulianya. Emas lantakan bikinan Antam ini terjamin keasliannya karena ia memiliki sertifikat dari London Bullion Market Association (LBMA) yang berbasis di London. Karena itu, saat membeli emas ini, jangan lupa untuk meminta sertifikat keasliannya.

Di mana membelinya? Anda bisa datang langsung ke kantor divisi logam mulai Aneka Tambang atau toko-toko emas yang besar. Cuma, untuk berinvestasi di emas batangan ini, investor mesti menyediakan dana yang lebih besar jika dibandingkan investasi di koin maupun perhiasan. Sebab, ukuran berat emas batangan jauh lebih besar jika dibandingkan alat investasi emas lainnya.

Saat ini, emas lantakan yang tersedia memiliki berat 25 gram (gr), 50 gr, 100 gr, dan 1 kg. Dengan harga emas batangan Antam kemarin ( 19/7) yang Rp 194.250 per gram, artinya investor minimal harus menyediakan dana sebesar Rp 4,9 juta. Semakin berat ukuran emas batangannya, semakin besar pula modal yang harus disediakan.

Strategi investasinya sama saja: beli saat murah, jual ketika mahal. Patokan harga emas yang umum dipakai adalah harga emas di London Metal Exchange (LME).

Tapi, hati-hati; harga yang ada di LME dinyatakan dalam dolar. Sementara, Anda berinvestasi di Indonesia dengan harga dalam rupiah. Karena itu, dalam rupiah, harga emas juga sangat bergantung pada pergerakan kurs rupiah dolar. Dalam dolar boleh saja harga emas meningkat; tapi jika di saat yang sama kurs rupiah juga menguat tinggi terhadap dolar, peningkatan itu mungkin tak akan terlalu besar dalam mata uang rupiah. ?

(Sumber: kontan.co.id)

                                                              

Metamorfose… October 3, 2008

Posted by tintaungu in Rona.
1 comment so far

Siklus kehidupan kupu-kupu memberikan pembelajaran kepada kita, bahwa Tuhan-pun akan menganugerahkan kesempatan kedua kepada kita, setelah “tersadar diri” dari perjalanan panjang yang melelahkan bahkan nyaris tanpa makna (hanya karena tanpa Visi dan Idealisme)