jump to navigation

Bernafas Perlahan… January 25, 2009

Posted by tintaungu in Ragam.
add a comment

Pejamkan mata… kemudian bernafaslah dengan perlahan, rasanya rileks kan.. ? Namun disamping semua itu ternyata ada manfaat lain yang dapat diperoleh bila kita bernafas secara perlahan. Para ilmuwan di National Institute of Health telah mengajukan sebuah teori yang bisa jadi sebuah penemuan sensasional. Mereka meyakini kalau bernafas memegang kunci dalam rahasia keteraturan tekanan darah. Menurut teori yang mereka luncurkan, dengan menurunkan sejumlah hirupan dan hembusan nafas per menit selama periode kecil setiap hari, seseorang dapat terhindar dari resiko tekanan darah tinggi.

Teori ini juga menyebutkan, seseorang yang menghirup dan menghembuskan nafas lebih dari sepuluh kali dalam semenit dalam jumlah terbatas dianggap mencapai hasil yang bagus. Namun, masalah ini masih dalam penelitian. Para spesialis baru-baru ini melakukan pengumpulan bukti untuk mendukung penemuan mereka. Sebuah alat khusus dibuat untuk mendukung penelitian ini. Benda ini membantu para pasien yang menderita tekanan darah tinggi guna belajar cara bernafas dengan perlahan. Hasil dari studi ini melibatkan peralatan yang betul-betul mengesankan. Tekanan darah dari para pasien yang biasanya berkisar antara 10 menit sehari selama dua bulan berkurang rata-rata antara 10 hingga 15 poin. Para ilmuwan ini menemukan kalau bernafas dengan perlahan, teratur dandalam-dalam mengarahkan pada relaksasi dan pengembangan denyut jantung. Namun, para ilmuwan menyimpulkan kalau perlengkapan tersebut tak cukup memadai untuk menghasilkan efek utama dan panjang. “Dalam sebuah cara, ini masih seperti ‘kotak hitam’,” ujar Dr William Jay Elliot, yang memimpin penelitian ini.

Sementara itu, serangkaian tes pada hewan dilakukan untuk menemukan hubungan antara bernafas dan metabolisme, dimana memiliki pengaruh pada tekanan darah. Sudah diketahui secara luas bahwa seseorang merekam efek kuat dari stress dalam keseharian. Stress memicu percepatan nafas lebih dari biasanya secara refleks. Sebagai hasilnya, setiap nafas membawa sejumlah besar oksigen ke dalam darah. Proses tersebut memiliki efek menguntungkan pada aktivitas otak. Disisi lain, terlalu banyak oksigen dalam darah menghalangi kemampuan ginjal menyaring sodium dari tubuh. Sementara sodium berperan penting dalam pengaturan tekanan darah. “Jika anda melewatkan banyak waktu dibalik meja dan mengkonsumsi makanan yang meningkatkan isi garam, ginjal anda akan kurang efisien untuk memindahkan zat garam tersebut dari tubuh anda.

Anda dapat memperbaiki situasi ini dengan melakukan jalan-jalan secara teratur di hutan atau tempat yang banyak tetumbuhan,” ujar Dr David Anderson yang melakukan penelitian hubungan antara hipertensi dan tingkah laku manusia. Memang, teknik pernafasan ini belum terbukti efektif akan dapat membantu melawan gagal jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan dan banyak lagi penyakit lain yang disebabkan oleh hipertensi. Namun dengan penelitian yang terus dilakukan, diharapkan teknik pernafasan ini dapat jadi obat mujarab bagi hipertensi yang selama ini dianggap penyakit yang cukup mematikan.

(Sumber: putrinoong.multiply.com)

                                                                    

Menjadi Diri Sendiri January 19, 2009

Posted by tintaungu in Reksa, Rona.
add a comment

Alkisah, di puncak sebuah mercusuar, tampak lampu mercusuar yang gagah dengan sinarnya menerangi kegelapan malam. Lampu itu menjadi tumpuan perahu para nelayan mencari arah dan petunjuk menuju pulang.

Dari kejauhan, pada sebuah jendela kecil di rumah penjaga mercusuar, sebuah lampu minyak setiap malam melihat dengan perasaan iri ke arah mercusuar. Dia mengeluhkan kondisinya, “Aku hanyalah sebuah lampu minyak yang berada di dalam rumah yang kecil, gelap dan pengap. Sungguh menyedihkan, memalukan, dan tidak terhormat. Sedangkan lampu mercusuar di atas sana, tampak begitu hebat, terang dan perkasa. Ah….Seandainya aku berada di dekat mercusuar itu, pasti hidupku akan lebih berarti, karena akan banyak orang yang melihat kepadaku dan aku pun bisa membantu kapal para nelayan menemukan arah untuk membawanya pulang ke rumah mereka dan keluarganya.”

Suatu ketika, di suatu malam yang pekat, petugas mercusuar membawa lampu minyak untuk menerangi jalan menuju mercusuar. Setibanya di sana, penjaga itu meletakkan lampu minyak di dekat mercusuar dan meninggalkannya di samping lampu mercusuar. Si lampu minyak senang sekali. Impiannya menjadi kenyataan. Akhirnya ia bisa bersanding dengan mercusuar yang gagah. Tetapi, kegembiraannya hanya sesaat. Karena perbandingan cahaya yang tidak seimbang, maka tidak seorang pun yang melihat atau memperhatikan lampu minyak. Bahkan, dari kejauhan si lampu minyak hampir tidak tampak sama sekali karena begitu lemah dan kecil.

Saat itu, lampu itu menyadari satu hal. Ia tahu bahwa untuk menjadikan dirinya berarti, dia harus berada di tempat yang tepat, yakni di dalam sebuah kamar. Entah seberapa kotor, kecil dan pengapnya kamar itu, tetapi di sanalah lebih bermanfaab. Sebab, meski nyalanya tak sebesar mercusuar, lampu kecil itu juga bisa memancarkan sinarnya menerangi kegelapan untuk orang lain. Lampu kini tahu, sifat iri hati karena selalu membandingkan diri dengan yang lain, justru membuat dirinya tidak bahagia dan memiliki arti.

Hidup kita tentu akan menderita jika merasa diri sendiri selalu lebih rendah dan kecil. Maka, tidak akan tenang hidup jika kita selalu membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain dan menganggap orang lain lebih hebat. Apalagi, jika kita kemudian secara membuta mencoba menjadi orang lain. Meniru orang memang sah dan boleh saja. Namun, belajarlah dari orang lain dari sisi yang baik saja, tentu dengan tanpa mengecilkan dan meremehkan diri sendiri.

Karena itu, apapun keadaan diri, kita harus senantiasa belajar bersyukur dan tetap bangga menjadi diri sendiri. Selain itu, kita juga butuh melatih dan memelihara keyakinan serta kepercayaaan diri. Dengan menyadari kekuatan dan kelebihan yang kita miliki, dan mau berjuang selangkah demi selangkah menuju sasaran hidup yang telah kita tentukan, ditambah bekal kekayaan mental yang kita miliki, pastilah kemajuan dan kesuksesan yang lebih baik akan kita peroleh.
                                                  
Jadilah diri sendiri! Be your self!

(Sumber: Andriewongso.com)

                                                                                            

I Can See Clearly Now – by Jimmy Cliff January 11, 2009

Posted by tintaungu in Rona.
add a comment

embun-pagi1

I can see clearly now the rain is gone
I can see all obstacles in my way
Gone are the dark clouds that had me down
It’s gonna be a bright bright bright bright sun shiny day
It’s gonna be a bright bright bright bright sun shiny day

Oh yes I can make it now the pain is gone
All of the bad feelings have disappeared
Here is that rainbow I’ve been praying for
It’s gonna be a bright bright bright bright sun shiny day

Look all around there’s nothing but blue skies
Look straight ahead there’s nothing but blue skies

I can see clearly now the rain is gone
I can see all obstacles in my way
Here is that rainbow I’ve been praying for
It’s gonna be a bright bright bright bright sun shiny day
It’s gonna be a bright bright bright bright sun shiny day
Bri-ri-ri-ri-right
Bright bright bright bright sun shiny day
Oh yeah
It’s gonna be a bright bright bright bright sun shiny day
It’s gonna be a bright bright bright bright sun shiny day
It’s gonna be a bright bright bright bright sun shiny day.

                                                                                

Menerima Apa Adanya January 6, 2009

Posted by tintaungu in Reksa.
1 comment so far
Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan.

Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.

Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, “Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan” katanya sambil menyodorkan majalah tersebut.

“Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia”.

Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikan mereka bersama.

Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing. Esok paginya ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya.

“Aku akan mulai duluan ya”, kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman.

Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir. “Maaf, apakah aku harus berhenti?”
tanyanya.

“Oh tidak, lanjutkan” jawab suaminya. Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia

“Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu”.

Dengan suara perlahan suaminya berkata “Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang”

Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya.. Ia menunduk dan menangis.

Pesan morale :
Cinta tak pernah memandang kekurangan orang yang kita sayangi dan kita cintai.

Cinta hanya akan membawa kebahagian dan saling berbagi untuk memahami kekurangan masing-masing. Mencintai dengan apa adanya.

Cinta tak pernah menyakiti, yang sebenarnya adalah menambah kedewasaan dan cara berpikir kita untuk memandang hidup, sebagai kasih karunia Tuhan yang terbaik.

                           
(Nice story, Anonymous…)