jump to navigation

Aku Ingin – Sapardi Djoko Damono February 25, 2012

Posted by tintaungu in Rindu.
add a comment

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu..

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..

Kisah Petani dan Putrinya February 19, 2012

Posted by tintaungu in Reksa.
add a comment

Alkisah, bertahun-tahun silam di sebuah desa kecil tinggallah seorang petani yang malangnya memiliki utang sangat banyak kepada seorang lintah darat di desa itu. Si lintah darat itu, yang berhati culas, sangat menyukai putri sang petani yang cantik. Jadilah, si lintah darat mengajukan suatu perjanjian. Katanya ia akan menghapus seluruh utang sang petani jika si lintah darat itu bisa menikahi putrinya. Sang petani maupun putrinya sangat terkejut begitu mendengar usulan itu. 

Si lintah darat itu menjelaskan, ia ingin agar semuanya berlangsung “adil”. Maka, ia akan memasukkan sebutir kerikil hitam dan putih ke dalam sebuah kantong uang yang kosong. Lalu, si gadis harus mengambil satu kerikil dari kantong itu. 

1) Jika si gadis mengambil kerikil hitam, ia akan menjadi istri si lintah darat dan utang ayahnya akan dihapus.
2) Jika si gadis mengambil kerikil putih, ia tidak perlu menikahi si lintah darat tapi utang ayahnya masih bisa dihapus.
3) Jika si gadis menolak mengambil satu kerikil, ayahnya akan dipenjara.

Mereka akhirnya berdiri di sebuah jalan kecil yang penuh dengan kerikil dan terletak di halaman rumah sang petani. Saat mereka tengah berbincang-bincang, si lintah darat membungkuk untuk mengambil dua kerikil. Si gadis yang bermata tajam itu memperhatikan gerak-gerik si lintah darat. Dilihatnya si lintah darat mengambil dua kerikil hitam dan memasukkannya ke dalam kantong. Si lintah darat itu lalu meminta si gadis untuk mengambil satu kerikil dari kantong itu.

Sebelum memenuhi permintaan si lintah darat itu, si gadis menimbang-nimbang langkahnya selanjutnya. Si gadis itu akhirnya memasukkan tangannya ke dalam kantong uang dan mengeluarkan sebutir kerikil. Tanpa melihatnya, si gadis sengaja tidak memegang kerikil itu dengan benar sehingga kerikil itu tergelincir jatuh dan akhirnya bercampur dengan kerikil-kerikil lainnya di jalanan yang penuh dengan kerikil.

“Oh, ceroboh sekali saya,” katanya. “Tapi sepertinya tak jadi masalah, jika Anda melihat ke dalam kantong itu kerikil manakah yang tertinggal, Anda akan tahu kerikil mana yang baru saja saya ambil.”

Karena kerikil yang tersisa di dalam kantong adalah berwarna hitam, itu berarti si gadis telah mengambil kerikil putih. Dan karena si lintah darat itu tidak berani mengakui kecurangannya, si gadis itu akhirnya berhasil mengubah situasi yang awalnya terlihat mustahil itu menjadi keadaan yang sangat menguntungkan!

Sahabat yang Luar Biasa,

Sejatinya setiap persoalan serumit apa pun itu pasti akan ada solusinya. Hanya saja kita harus berusaha berpikir keras untuk menemukan solusi itu. Jika pikiran kita fokus, tajam, dan jernih ketika menghadapi persoalan apa pun, pasti akan ada hasil baik bagi pemecahan masalah itu. Namun sebaliknya, jika pikiran kita terlalu gelisah, sedih, dan kacau, otak kita akan kehilangan kemampuanya untuk berpikir positif dan akhirnya segala sesuatunya jadi terlihat kosong, suram, dan gelap tanpa memunculkan solusi apa pun.

Hal penting lainnya adalah memahami persoalannya, maka jawabannya akan muncul dengan sendirinya karena jawaban itu sebenarnya “tidaklah terpisahkan” dari masalahnya.

Salam sukses luar biasa! 

(sumber: AndrieWongso.com)

Kisah ‘Panon Hideung’ February 16, 2012

Posted by tintaungu in Rona.
add a comment

Panon Hideung, lagu rakyat Sunda yang melegenda, lumayan populer di dunia. Tampil asli di film Eastern Promises karya David Cronenberg (2007)), dibawakan gitaris Django Reinhardt (2005) dalam aransemen jazz, atau dalam dentingan bouzouki yang begitu memukau dipetik pakarnya, John Stamatiou Sporos, dan banyak lagi.

Lirik “Panon Hideung”

Panon hideung pipi konéng
[Mata hitam pipi kuning]
Irung mancung Putri Bandung
[Hidung mancung putri Bandung]
Putri saha di mana bumina?
[Anak siapa di mana rumahnya?]
Abdi resep ka anjeunna
[Aku suka padanya]
Siang wengi kaimpi-impi
[Siang malam terimpi-impi]
Hate abdi sararedih
[Hatiku merasa sedih]
Teu émut dahar
[Tidak ingat makan]
Teu émut nginum
[Tidak ingat minum]
Émut ka nu geulis
[Ingat pada si cantik]
Panon Hideung
[Mata hitam]

Ismail Marzuki, komposer nasional asal Betawi, menulis lirik di atas sekitar tahun 1936-1937. Pada masa itu Ma’ing —begitu ia dipanggil— dan orkesnya, diminta mengisi acara radio di Bandung di segmen lagu-lagu Barat. Itulah masa-masa saat ia mempelajari dan menguasai komposisi lagu-lagu barat dan lagu tradisional. Banyak lagu Barat yang digubah dan diterjemahkan. Salah satunya adalah Ochi Chyornye (Mata Hitam – Panon Hideung), berkat bantuan Zarkov, seniman asal Rusia yang tinggal di Bandung.

Sebagai informasi, zaman dulu memang banyak seniman asal Rusia berkarya di sini, ada orkes asal Rusia yang tampil reguler di Hotel Des Indes selama 10 tahun, atau di Surabaya ada Pedro (atau Pyotr=Peter), sang pendiri teater Dardanella yang legendaris.

Adalah Miss Eulis, seorang bintang radio, penyanyi kroncong berdarah Sunda dan Arab yang membuat Ma’ing (Ismail Marzuki) terinspirasi lewat Panon Hideung. Tampaknya Miss Eulis memang bermata indah, hidung mancung dan berkulit kuning langsat. Lagu Ochi Chyornye pun digubah Ma’ing sesuai dengan suasana hatinya saat itu.

Hati wanita mana yang tak luluh. Ma’ing pun berhasil menikahi Miss Eulis pada 1940, dan memberinya nama Eulis Zuraidah. Generasi masa kini mungkin sangat yakin bahwa Panon Hideung adalah lagu tradisional Pasundan. Namun Rusia sama sekali tidak terusik, Presiden Putin hanya bertanya pada SBY “kok bisa?” saat disuguhi nyanyian pada kunjungan September tahun lalu.

Tak ada emosi atau tuntutan gaya kita. Ini kemungkinan besar karena lagu itu sejatinya terus hidup dan berkembang sebagai budaya Rusia. Rakyat menyanyikannya di berbagai kesempatan: di acara pernikahan; di kafe; di jalanan; saat sadar atau mabuk (pemabuk di sana lebih suka bernyanyi atau molor daripada membuat onar). Sungguh merakyat, bahkan lebih. Lagu itu juga diperformansi oleh Red Army Choir atau oleh para profesional di film, televisi, konser, atau di opera house di dalam mau pun di luar negeri. Barangkali perannya bagi mereka mirip dengan peran batik bagi kita.

Itulah kekuatan budaya yang hidup. Kekuatan budaya yang bukan sekedar kenangan masa kecil. Kekuatan yang akan membentengi dengan sendirinya jika ada yang mencoba mengklaim Ochi Chyornye sebagai lagu asli rakyat Pasundan.

Tidak hanya karena lagu itu hidup dan berkembang di Rusia, liriknya pun sudah ditelusuri: sebuah puisi gubahan Yevgeniy Pavlovich yang tercetak 17 Januari 1843, aransemennya sudah terpublikasi pada 1884. Bahkan kaum gypsy di seluruh Eropa sudah menganggap Ochi Chyornye sebagai lagu leluhur mereka. Bahwa liriknya adalah karya orang Ukraina dan aransemennya digubah Florian Hermann —orang Jerman, tidaklah menjadi soal.

Ada sebuah kenyataan yang terasa cukup pahit. Di internet sulit sekali mendapatkan vokal Panon Hideung. Di YouTube ada instrumental versi Tielman Brothers (1960), sebuah band indo yang sangat populer hingga ke Belanda. Ada juga Sandii —seorang diva J-pop, gadis Jepang— meremix beberapa versi Panon Hideung di album Pacifica dan Joget to the Beat (keduanya 1992). Sebagian syairnya diubah, putri Bandung menjadi jejaka Bandung (pada 1993 bersama Oma Irama menelurkan album Air Mata).

Khusus berbicara The Tielman Brothers (sepintas sekarang gaya panggungnya diadopsi band The Changchuters), adalah sebuah grup musik asal Indonesia. Musik mereka beraliran rock and roll, namun orang-orang di Belanda biasa menyebut musik mereka Indorock, sebuah perpaduan antara musik Indonesia dan Barat, dan memiliki akar di Keroncong. The Tielman Brothers adalah yang band Belanda-Indonesia pertama yang berhasil masuk internasional pada 1950-an. Mereka adalah salah satu perintis rock and roll di Belanda. Band ini cukup terkenal di Eropa, jauh sebelum The Beatles dan The Rolling Stones.

The Tielman Brothers pernah tampil di Istana Negara Jakarta dihadapan Presiden Soekarno. Mereka adalah anak dari Herman Tielman asal Kupang dan Flora Lorine Hess asal Semarang. Karier rekaman mereka dimulai ketika keluarga Tielman pada tahun 1957 hijrah dan menetap di Breda, Belanda. Nama The Tielman Brothers lebih dikenal di Eropa, terutama Belanda. Di Indonesia sendiri, nama The Tielman Brothers masih menjadi nama yang asing, sebuah kenyataan yang sangat disayangkan.

The Tielman Brothers dipercaya lebih dulu memperkenalkan musik beraliran rock sebelum The Beatles. Aksi panggung mereka dikenal selalu atraktif dan menghibur. Mereka tampil sambil melompat-lompat, berguling-guling, serta menampilkan permainan gitar, bass, dan drum yang menawan. Andy Tielman, sang frontman, bahkan dipercaya telah memopulerkan atraksi bermain gitar dengan gigi, di belakang kepala atau di belakang badan jauh sebelum Jimi Hendrix, Jimmy Page atau Ritchie Blackmore.

Sumber: bataviase.wordpress.com

Berat Beban Kita February 15, 2012

Posted by tintaungu in Reksa.
add a comment

Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Stephen Covey mengangkat sebuah segelas berisi air dan bertanya kepada para siswanya: “Seberapa berat menurut anda kira segelas air ini?”

Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr. “Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya.” kata Covey.

“Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat.”

“Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya.” lanjut Covey. “Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi”.

Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi.

Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban pekerjaan. Jangan membawa pulang beban. Beban itu dapat diambil lagi besok. Apapun beban yang ada dipundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil lagi.

Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya…!!

Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita.

============ ==
*Moral kisah*:

Bukan berat beban yang membuat kita stres, tetapi lamanya kita memikul beban tersebut.

(Stephen Covey )

Kisah Nyata Tentang Keajaiban Cinta February 11, 2012

Posted by tintaungu in Rindu.
5 comments

Kisah ini terjadi di Beijing China, seorang gadis bernama Yo Yi Mei memiliki cinta terpendam terhadap teman karibnya di masa sekolah. Namun ia tidak pernah mengungkapkannya, ia hanya selalu menyimpan di dalam hati dan berharap temannya bisa mengetahuinya sendiri. Tapi sayang temannya tak pernah mengetahuinya, hanya menganggapnya sebagai sahabat, tak lebih. 

Suatu hari Yo Yi Mei mendengar bahwa sahabatnya akan segera menikah hatinya sesak, tapi ia tersenyum “Aku harap kau bahagia“. Sepanjang hari Yo Yi Mei bersedih, ia menjadi tidak ada semangat hidup, tapi dia selalu mendoakan kebahagiaan sahabatnya. 

12 Juli 1994 sahabatnya memberikan contoh undangan pernikahannya yang akan segera dicetak kepada Yi mei, ia berharap Yi Mei akan datang, sahabatnya melihat Yi Mei yang menjadi sangat kurus & tidak ceria bertanya “Apa yang terjadi dengamu, kau ada masalah?” 

Yi mei tersenyum semanis mungkin ”Kau salah lihat, aku tak punya masalah apa apa, wah contoh undanganya bagus, tapi aku lebih setuju jika kau pilih warna merah muda, lebih lembut…” Ia mengomentari rencana undangan sahabatnya tesebut. 

Sahabatnya tersenyum “Oh ya, ummm aku kan menggantinya, terimakasih atas sarannya Mei, aku harus pergi menemui calon istriku, hari ini kami ada rencana melihat lihat perabotan rumah… daag“. Yi Mei tersenyum, melambaikan tangan, hatinya yang sakit. 

18 Juli 1994 Yi Mei terbaring di rumah sakit, Ia mengalami koma, Yi Mei mengidap kanker darah stadium akhir. Kecil harapan Yi Mei untuk hidup, semua organnya yang berfungsi hanya pendengaran, dan otaknya, yang lain bisa dikatakan “Mati“ dan semuanya memiliki alat bantu, hanya mukjizat yang bisa menyembuhkannya. 

Sahabatnya setiap hari menjenguknya, menunggunya, bahkan ia menunda pernikahannya. Baginya Yi Mei adalah tamu penting dalam pernikahannya. Keluaga Yi Mei sendiri setuju memberikan “Suntik Mati“ untuk Yi Mei karena tak tahan melihat penderitaan Yi Mei. 

10 Desember 1994 Semua keluarga setuju besok 11 Desember 1994 Yi Mei akan disuntik mati dan semua sudah ikhlas, hanya sahabat Yi Mei yang mohon diberi kesempatan berbicara yang terakhir, sahabatnya menatap Yi Mei yang dulu selalu bersama. 

Ia mendekat berbisik di telinga Yi Mei “Mei apa kau ingat waktu kita mencari belalang, menangkap kupu kupu?… kau tahu, aku tak pernah lupa hal itu, dan apa kau ingat waktu disekolah waktu kita dihukum bersama gara gara kita datang terlambat, kita langganan kena hukum ya?”
 

“Apa kau ingat juga waktu aku mengejekmu, kau terjatuh di lumpur saat kau ikut lomba lari, kau marah dan mendorongku hingga aku pun kotor?… Apakah kau ingat aku selalu mengerjakan PR di rumahmu?… Aku tak pernah melupakan hal itu…“ 

“Mei, aku ingin kau sembuh, aku ingin kau bisa tersenyum seperti dulu, aku sangat suka lesung pipitmu yang manis, kau tega meninggalkan sahabatmu ini?….” Tanpa sadar sahabat Yi Mei menangis, air matanya menetes membasahi wajah Yi Mei. 

“Mei… kau tahu, kau sangat berarti untukku, aku tak setuju kau disuntik mati, rasanya aku ingin membawamu kabur dari rumah sakit ini, aku ingin kau hidup, kau tahu kenapa?… karena aku sangat mencintaimu, aku takut mengungkapkan padamu, takut kau menolakku“ 

“Meskipun aku tahu kau tidak mencintaiku, aku tetap ingin kau hidup, aku ingin kau hidup, Mei tolonglah, dengarkan aku Mei … bangunlah…!!“ Sahabatnya menangis, ia menggengam kuat tangan Yi Mei “Aku selalu berdoa Mei, aku harap Tuhan berikan keajaiban buatku, Yi Mei sembuh, sembuh total. Aku percaya, bahkan kau tahu?.. aku puasa agar doaku semakin didengar Tuhan“ 

“Mei aku tak kuat besok melihat pemakamanmu, kau jahat…!! kau sudah tak mencintaiku, sekarang kau mau pergi, aku sangat mencintaimu… aku menikah hanya ingin membuat dirimu tidak lagi dibayang-bayangi diriku sehingga kau bisa mencari pria yang selalu kau impikan, hanya itu Mei…“ 

“Seandainya saja kau bilang kau mencintaiku, aku akan membatalkan pernikahanku, aku tak peduli… tapi itu tak mungkin, kau bahkan mau pergi dariku sebagai sahabat“ 

Sahabat Yi mei berbisik ”Aku sayang kamu, aku mencintaimu” suaranya terdengar parau karena tangisan. Dan apa yang terjadi?…. Its amazing !! ”CINTA“ bisa menyembuhkan segalanya. 

7 jam setelah itu dokter menemukan tanda tanda kehidupan dalam diri Yi Mei, jari tangan Yi Mei bisa bergerak, jantungnya, paru parunya, organ tubuhnya bekerja, sungguh sebuah keajaiban !! Pihak medis menghubungi keluarga Yi Mei dan memberitahukan keajaiban yang terjadi. Dan sebuah mujizat lagi… masa koma lewat…. pada tgl 11 Des 1994. 

14 Des 1994 saat Yi Mei bisa membuka mata dan berbicara, sahabatnya ada disana, ia memeluk Yi Mei menangis bahagia, dokter sangat kagum akan keajaiban yang terjadi. “Aku senang kau bisa bangun, kau sahabatku terbaik“ sahabatnya memeluk erat Yi Mei .

Yi Mei tersenyum “Kau yang memintaku bangun, kau bilang kau mencintaiku,tahukah kau aku selalu mendengar kata-kata itu, aku berpikir aku harus berjuang untuk hidup“ “Lei, aku mohon jangan tinggalkan aku ya, aku sangat mencintaimu” Lei memeluk Yi Mei “Aku sangat mencintaimu juga“. 

17 Februari 1995 Yi Mei & Lei menikah, hidup bahagia dan sampai dengan saat ini pasangan ini memiliki 1 orang anak laki laki yang telah berusia 14 tahun. Kisah ini sempat menggemparkan Beijing. 

Apa hikmah dari kisah ini?  

(Unknown Author)

Aku Yang Tersakiti – by Judika February 8, 2012

Posted by tintaungu in Rindu.
add a comment

pernahkah kau merasa jarak antara kita
kini semakin terasa setelah kau kenal dia
aku tiada percaya teganya kau putuskan
indahnya cinta kita yang tak ingin ku akhiri
kau pergi tinggalkanku

tak pernahkah kau sadari akulah yang kau sakiti
engkau pergi dengan janjimu yang telah kau ingkari
oh tuhan tolonglah aku hapuskan rasa cintaku
aku pun ingin bahagia walau tak bersama dia

memang takkan mudah bagiku tuk lupakan segalanya
aku pergi untuk dia

tak pernahkah kau sadari akulah yang kau sakiti
engkau pergi dengan janjimu yang telah kau ingkari
oh tuhan tolonglah aku hapuskan rasa cintaku
aku pun ingin bahagia walau tak bersama dia
(walau tak bersama dia)

oh tuhan tolonglah aku hapuskan rasa cintaku
aku pun ingin bahagia walau tak bersama dia

Doa Yang Tak Didengar February 4, 2012

Posted by tintaungu in Rapuh.
add a comment

Ada satu doa Nabi Muhammad SAW yang amat indah. “Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari hati yang tidak khusyuk, dan dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dari nafsu yang tidak pernah kenyang, dan dari doa yang tidak lagi didengar.” (Jami’us Shaghir, hadis sahih). 

Doa ini singkat, padat, tetapi maknanya amatlah mendalam. Hadis ini mengupas tuntas empat pangkal masalah utama manusia. Masalah yang pertama dan utama adalah jika hatinya sudah tidak bisa lagi khusyuk, sehingga tak ada lagi rasa takut kepada Allah SWT, maka amaliah ibadahnya menjadi rutinitas yang menjemukan dan kering tanpa kenikmatan ibadah .

Jika kondisi ini sudah menguasainya maka ia akan dikenai penyakit berikutnya, yaitu ilmunya menjadi tidak lagi bermanfaat bagi akhiratnya. Semua cara akan dikerahkan untuk menghalalkan segala cara demi mencapai tujuannya, yakni dunia semata. Lalu, jika ia sudah dihinggapi penyakit kedua tersebut, maka jika dibiarkan ia akan melangkah pada stadium ketiga, yaitu nafsu yang tidak akan bisa kenyang, tak pernah mengenal puas, apa pun akan diterabas demi memuaskan keinginan hawa nafsunya. 

Dan, jika ia telah mengalami tingkat ini maka ia akan terkena stadium terakhir yang mematikan, yakni doanya tak lagi didengar oleh Allah. Jika ini yang terjadi maka mau tinggal di mana lagi kita ini. Bumi mana yang akan kita injak, langit mana tempat kita berteduh, jika doa kita sudah tidak lagi didengar oleh Allah SWT? 

Manusia semacam ini persis seperti yang digambarkan oleh Allah SWT: “Atau, seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-menindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun.” (QS an-Nuur: 40). 

Melalui momen peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini, saya menasihati diri saya sendiri dan kita sekalian untuk selalu merasa takut kepada Allah SWT dari kemaksiatan. Jika beribadah, maka lakukanlah dengan khusyuk, teteskan air mata saat menghadap Allah, karena dari-Nya kita berasal dan kepada-Nya kita akan kembali. 

Kita berharap, ilmu yang dimiliki dapat menjadi cahaya yang selalu menuntun kita pada kebenaran, menjauhi kemaksiatan dan kemungkaran, agar doa kita layak didengar dan dikabulkan Allah SWT. 

“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat-(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat per¬umpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS an-Nuur:35).  

Wallahu a’lam … 

(Tulisan: Habib Nabiel al-Musawa)